Senin, 30 Juni 2014

Bekerjasama Dalam Team (Kelompok) atau Team Work


A.   Pengertian Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersamayang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenalsatu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.
Kelompok menurut para ahli
·     Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mereka saling bergantung (interdependent) dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan bersama, meyebabkan satu sama lain saling mempengaruhi (Cartwright&Zander, 1968; Lewin, 1948).
·       Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu ( Muzafer Sherif).
·     Kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung (Homans, 1950).
·       Kelompok merupakan sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, sedangkan kolektiva merupakan orang yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagai niai bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral untuk menjalankan harapan peran (Merton).
·    Kelompok adalah sejumlah orang yang berhubungan (berinteraksi) antara satu dan yang lainnya, yang secara psikologis sadar akan kehadiran yang lain dan yang menganggap diri mereka sebagai suatu kelompok(Achmad S. Ruky).

B. Karakteristik Kelompok
Beberapa ahli mengatakan bahwa dalam suatu kelompok terdapat ciri – ciri, yaitu :
1. Terdiri dari 2 orang atau lebih.
2. Adanya interaksi yang terus menerus.
3. Adanya pengembangan identitas kelompok.
4. Adanya norma – norma kelompok.
5. Adanya diferensiasi peran.
6. Peran yang saling tergantung.
7. Produktivitas bertambah atau meningkat.
8. Saling membagi tujuan yang sama.

Karakteristik Kelompok (Sorsyth, 1979), yaitu:
1. Interaksi → Fisik, verbal, nonverbal, emosional.
2. Struktur → Pola hubungan yang stabil diantara anggota.
Role yang telah diharapkan dan seseorang yang telah menduduki
Norma : Aturan yang mengidentifikasi atau mendeskripsikan perilaku yang tepat
Relasi antar anggota
3. Tujuan
·       Intrinsik
·       Ekstrinsik
4. Groupness → entitavity (kesatuan)
5. Ketergantungan Dinamis.

 C.   Tahapan Pembentukan Kelompok
Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman (1965). Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah kosep ini dicetuskan.
Tahap 1 (Forming)
Pada tahap ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum saling percaya.
Tahap 2 (Storming)
Kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas-tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah yang harus mereka selesaikan. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide dan perspektif mereka masing-masing.
Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula yang mandenk pada tahap ini.

Tahap 3 (Norming)
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi masing-masing anggota untuk kelompok.
 Tahap 4 (Performing)
Kelompok dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling bergantung satu sama lainnya dan mereka saling respect dalam berkomunikasi.
Tahap 5 (Adjourning dan Transforming)
Tahap dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap mana pun ketika mereka mengalami perubahan.

D.   Kekuatan Team Work
Teamwork atau kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok yang bertujuan untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya. Harus disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencpai tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi paling populer di tim.

Berikut poin-poin teamwork yang baik:
1. Teamwork adalah kerjasama dlm tim yang biasanya dibentuk dari beragam divisi dan             kepentingan.
2.  Sama-sama bekerja bukanlah teamwork, itu adalah kerja individual.
3.  Filosofi teamwork: ‘saya mengerjakan apa yang Anda tidak bisa dan Anda mengerjakan apa yang saya tidak bisa.
4.  Ketika berada dalam teamwork, segala ego pribadi, sektoral, deparmen harus disingkirkan.
5.  Dalam teamwork yang dikejar untuk dicapai adalah target bersama, bukan individual.
6.  Keragaman individu dalam team work memang sebuah nilai plus namun bisa menjadi minus jika tidak 
7.  Saling pengertian terhadap karakter masing-masing anggota team akan menjadi modal sukses   bersama.
8.   Jika setiap orang bekerjasama via bidang masing-masing, target korporasi pasti akan segera terealisasi.
9.   Individu yang egois mengejar target pribadi akan menghambat keberhasilan team. Bayangkan jika  si A mengejar target A & si B mengejar target B, lalu target bersama bermuara kemana?
 10.  Keahlian masing-masing sungguh menjadi anugerah dalam teamwork yang akan mempercepat proses pencapaian target.
11.  Kendalikan ego dan emosi saat bersama agar pergesekan tidak berujung pada pemboikotan kerjasama.
12.  Dengan pemahaman yang tinggi soal karakter individu dalam team, realisasi target tidak perlu waktu yang lama.
13. Ingatlah selalu bahwa: ‘teamwork makes the dream work’.

E. Implikasi Manajerial
Implikasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti sebab oleh sebab itu implikasi manajerial di bidang team atau kelompok mengakibatkan banyaknya keuntungan yaitu kegiatan kelompok yang dapat lebih direncakan karena ada proses management team. Contoh kasusnya seorang pemimpin perusahaan A memerintahkan satu orang karyawannya untuk membuat suatu kelompok untuk membuat suatu ide ide baru untuk membuat rancangan produksi barang terbaru,rencana ini bertujuan agar perusahaan tidak kalah dengan produk-produk barang terbaru yang sudah beredar di pasaran dan sekaligus menciptakan kekompakan dan meningkatkan kefektifan karyawan lainnya dalam bekerja sebagai tim. Dan tidak hanya memerintahkan karyawannya , pemimpin ikut pula memotivasi team tersebut agar stiap karyawan dalam team tersebut termotivasi dan lebih luas mendapatkan ide ide baru ,tidak hanya itu pemimpin perusahaan juga ikut turun tangan dalam pengambilan ide ide sehingga team atau kelompok ini saling bekerja sama dan kompak dalam memperbaiki kekurangan kekurangan produk sebelumnya di dalam perusahan ini dan juga Pemimpin mengontrol dalam proses perancangan produk tersebut,hal ini ditujukan supaya pihak team membuat barang semenarik mungkin sehingga pemimpin menyetujui hal tersebut untuk layak dan siap untuk menandingin produk produk yang sudah ada di pasaran demi memajukan perusahaannya.
Sumber :
[1] R.Wayne Pace & DonF.Faules, 1998, Komunikasi Organisasi, PT Remaja Rosdakarya.
[2] Stan Kossen, 1983, Aspek Manusiawi Dalam Organisasi Edisi 3, ERLANGGA.
[3] http://carapedia.com/pengertian_definisi_kelompok_info2162.html.

Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi


1.  Definisi dan Dasar Pengambilan Keputusan
     Definisi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dalam organisasi adalah suatu proses dan berlangsung dalam suatu sistem, walaupun merupakan suatu keputusan atau desisi pribadi sekali pun yang menyangkut suatu masalah pribadi pula, namun dalam organisasi harus melihat sautu kondisi secara kelompok untuk mengambil keputusan yang dianggap paling benar dan disetujui oleh semua pihak yang berada dalam organisasi. Dalam organisasi yang masih sederhana, atau memang sederhana sifatnya, masalah-masalah utama yang dihadapi adalah masalah strategis (masalah survival, siasat suapaya tidak terjepit oleh organisasi-organisasi lain) dan langsung masalah organisasional atau masalah kerja. Dengan perkataan lain, pimpinan organisasi sederhana yang masih kecil terutama menghadapi masalah survival dan masalah kerja dalam pengambilan keputusan.

   v Dasar Pengambil Keputusan
Menurut George R. Terry dan Brinckloe disebutkan dasra-dasar pendekatan dari pengambil keputusan yang dapat digunakan, yaitu :
·   Intuisi adalah pengambilan keputusan yang didasrkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh.
·   Pengalaman adalah pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan.
·      Fakta adalah pengambilan keputusan berdasarkan fakta dan dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan pengambilan keputusan dapat lebih tinggi. Sehingga seseorang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
·    Wewenang adalah pengambilan keputusan berdasarkan wewenang yang biasa dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya terhadap orang yang lebih rendah kedudukannya.
·     Logika/Rasional adalah pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.

2.  Jenis-Jenis Keputusan Organisasi
   v     Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
·       Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
·       Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.
   v     Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional  berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.
   v     Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
   v    Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul. Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.
   v     Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

3.   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Faktor terpenting pada pengambilan keputusan dalam organisasi adalah faktor manusia, baik sebagai Pemimpin, Staffer, Pelaksana, maupun Pemakai hasil (langganan dan sebagainya). Masalahnya adalah, bahwa di dalam kehidupan masyarakat dan organisasi modern diperlukan orang-orang yang sudah sivil, artinya yang sudah mampu menentukan sendiri apa yang harus diperbuat di dalam rangka kewajiban yang dia punyai  di dalam suatu organisasi.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan menurut Terry (1989), yaitu :
·       Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
·       Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
·      Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan kepentingan organisasi.
·       Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif tandingan.
·  Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik.
·       Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
·       Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
·       Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
·  Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya.

4.   Implikasi Manajerial
Implikasi Manajerial dalam Pengambilan Keputusan adalah proses pengambilan keputusan dalam partisipatif dalam organisasi sekolah manajerial yang baik. Rendahnya kemapuan kepala sekolah akan berpengaruh terhadap perolehan dukungan dari masyarakat khususnya dukungan dalam mengambilan keputusan yang dikeluarkan sekolah terkait dengan kebijakan dan rencana program pengembangan sekolah. Implikasi Manajerial dalam Pengambilan Keputusan. 
·       Gaya Pengambilan Keputusan.
·    Gaya Direktif (Pengarahan) adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan ambiguitas atau ketidakjelasan yang rendah dan cara berpikirnya yang rasional.
·    Gaya Analitis adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas atau ketidakjelasan dan cara berpikirnya rasional.
·     Gaya Konseptual adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan toleransi yang tinggi untuk ambiquitas  atau ketidakjelasan dan cara berpikir intuitif yang tinggi juga.
·    Gaya Perilaku adalah suatu gaya pengambilan keputusan dengan toleransi yang rendah untuk ambiquitas atau ketidakjelasan dengan cara berpikir intuitif yang tinggi.

Daftar Pustaka : 
  • Prof. DR. MR. S. Prajudi, Atmosudirdjo, 1971, Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan. Jakarta : Ghalia Indonesia. 
  • Wahjono Sentot, Imam, 2010. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Graha Ilmu..
  • Kasim, Azhar, 1995. Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.
  • Syamsi, Ibnu, 1989. Pengambilan Keputusan. Jakarta : Bina Aksara.

Sumber :
http://www.masjono.netne.net/tpk/pertemuan4.pptx