Minggu, 08 Mei 2016

Konsep manajemen basis data dalam Sistem Informasi Geografi

Memiliki 4 manajemen basis data, yaitu:

a. Datar (flat database model).
Data terletak di dalam tabel tunggal (tidak terdapat kaitan antara tabel satu dengan tabel-tabel lainnya).

b. Hirarki (hierarchical database model).
            Model ini sering disebut sebagai model pohon atau hirarki karena mirip dengan struktur pohon terbalik. Model ini menggunakan pola hubungan parent-child. Setiap simpul menyatakan sekumpulan field. Suatu simpul yang memiliki simpul lain yang berada dibawahnya disebut parent. Sedangkan setiap simpul yang memiliki hubungan dengan simpul lain yang berada diatasnya disebut child. Setiap parent dapat memiliki child lebih dari satu, sementara setiap child hanya memiliki satu parent yang disebut sebagai root, sedangkan simpul yang tidak memiliki child (bagian bawah) disebut sebagai leaf.

c. Jaringan (network system database model).
            Model ini sering disebut juga sebagai model DBTG (database task group) atau CODASYL (conference on data systems languages) karena model ini telah distandarisasikan oleh BTDG (yang merupakan bagian dari CODASYL) pada 1971. Model ini sangat mirip dengan model hirarki, tetapi pada model ini setiap child dapat memiliki lebih dari satu parent. Dengan demikian, baik parent maupun child memiliki relasi (N—M) atau sebaliknya.

d. Relasional (relational database model).
            Model ini terdiri dari tabel-tabel (data direpresentasikan dalam tabel yang terdiri dari baris-baris dan kolom-kolom) ternormalisasi dengan field-field kunci sebagai penghubung relasional antar tabel.

1. Model Relasional

Model relasional merupakan model yang paling sederhana, sehingga mudah digunakan dan dipahami oleh pengguna, serta merupakan yang paling populer saat ini. Model ini menggunakan sekumpulan tabel berdimensi dua (yang disebut relasi atau tabel), dengan masing-masing relasi tersusun atas tupel atau baris dan atribut.
Relasi dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghilangkan kemubaziran data dena menggunakan kunci tamu untuk berhubungan dengan relasi lain. DBMS yang bermodelkan relasional biasa disebut RDBMS (Relational Database Management System).

2. Model Data Hybrid

Langkah awal pada pendekatan ini adalah pemahaman adanya dugaan atau pendapat bahwa mekanisme penyimpanan data yang optimal untuk informasi lokasi (spasial) di satu sisi, tetapi di dsisi yang lain, tidak optimal untuk informasi atribut (tematik). Berdasarkan hal ini, data kartografi digital disimpan di dalam sekumpulan files sistem operasi direct access untuk meningkatkan kecepatan input-output, sementara data atributnya disimpan did alam DBMS relasioanl lomersial yang standar.
Maka perangkat lunak SIG bertugas mengelola hubungan (linkage) anatar files kartografi (lokasi) dan DBMS (data atribut) selama operas-operasi pemrosesan peta yang berbeda (misalnya overlay) berlangsung. Sementara digunakan beberapa pendekatan yang berbeda untuk penyimpanan data kartografi, mekanisme untuk menghubungkan dengan basis datanya tetap sama secara esensial, berdasarkan nomor pengenal (ID) yang unik yang disimpan di dalam sebuah tabel atribut basis data yang memungkinkannya tetap terkait dengan elemen-elemen peta yang bersangkutan.

3. Model Data Terintegrasi

Pendekatan model data terintegrasi dapat dideskripsikan sebagai pendekatan sistem pengolahan basis data spasial, dengan SIG yang bertindak sebagai query processor. Kebanyakan implementasinya hingga sekarang ini adalah bentuk topologi vektor dengan tabel-tabel rasional yang menyimpan data koordinat-kordinat unsur-unsur peta (titik, nodes, segmen garis, dan lain sebagainya) bersama dengan tabel-tabel lain yang berisi data topologi.
Dengan model data SIG yang terintegrasi (spasial-atribut), terdapat sejumlah karakteristik yang khusus pada data spasial sebagai implikasi dari penggunaanya.dari sudut pandang basis data, adalah memungkinkan untuk menyimpan baik data koordinat-koordinat maupun data mengenai topologi yang diperlukan untuk mengelompokkan elemen-elemen kartografis dijital dengan menggunakan perancangan yang didasarkan pada bentuk normal Boyce Codd (BCNF).

Sumber:

Senin, 21 Maret 2016

Etika, Profesi, dan Etika Profesi

Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
Mengapa Etika dan Profesionalisme TSI dibutuhkan?
Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati masyarakat, etika juga membantu merumuskan pedoman etis yang lebih kuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis dalam tata kehidupan masyarakat.
Etika membantu untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan yang perlu dipahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Tujuan Etika dalam teknologi informasi: sebagai dasar pijakan atau patokan yang harus ditaati dalam teknologi informasi untuk melakukan proses pengembangan, pemapanan dan juga untuk menyusun instrument.
Sasaran, etika digunakan dalam teknologi informasi agar:
– mampu memetakan permasalahan yang timbul akibat penggunaan teknologi informasi itu sendiri.
– Mampu menginventarisasikan dan mengidentifikasikan etika dalam teknologi informasi.
– Mampu menemukan masalah dalam penerapan etika teknologi informasi.
Kapan Etika dan Profesionalisme TSI diterapkan?
Etika dan profesionalisme TSI digunakan/dapat diterapkan ketika seseorang hendak menggunakan teknologi sistem informasi yang ada. Etika dan profesionalisme hendaknya dijalankan setiap waktu pada saat yang tepat. Sebuah pertanggung-jawaban dari suatu etika dan profesionalisme harus nyata.
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek. Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya.

Pengertian Profesi dan Profesional menurut DE GEORGE :
PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
PROFESIONAL, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.

Etika Profesi
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi serta mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen (klien atau objek).Etika profesi memilikikonsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science, medis/dokter, dan sebagainya.

Sumber:
https://af008.wordpress.com/etika-etiket-dan-moral/
https://ballo.wordpress.com/2013/03/15/pengertian-mengapa-kapan-dan-siapa-etika-dan-profesionalisme-tsi-di-terapkan/
http://pakarcomputer.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-profesi-menurut-para-pakar.html
https://csagboyz.wordpress.com/2015/11/08/pengertian-etika-profesi-serta-profesionalisme/

Kamis, 21 Januari 2016

ANALISIS E-GOVERNMENT KOTA/KABUPATEN PADA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM


Kelas : 4KA03

Kelompok  : 
M. Ikra Rafli Faizal (14112795)
Taufiq Ramadhan (17112316)
Satriyadi Putra (16112885)

MK :
Analisis Kinerja Sistem


ANALISIS E-GOVERNMENT KOTA/KABUPATEN PADA PROVINSI PROVINSI NAD
NO
Unit Analisis

Kategori Analisis
Provinsi
(NAD)
Kabupaten 1
(Kab. Aceh Barat - Meulaboh)
Kabupaten 2
(Kab. Aceh Selatan – Tapak Tuan)
1.       
Selayang Pandang

Sejarah,
ü
ü
ü
Motto
X
ü
x
Lambang
ü
ü
ü
arti lambang
X
ü
ü
lokasi dalam bentuk peta
ü
ü
ü
visi dan misi
ü
ü
ü
2.       
Pemerintahan Daerah

Eksekutif
ü
ü
ü
Legislative
X
ü
x
nama, alamat, telepon, e-mail dari pejabat daerah
ü
ü
ü
biodata dari Pimpinan Daerah
ü
ü
ü
3.       
Geografi


Topografi
X
x
ü
Demografi
X
x
x
cuaca dan iklim
X
ü
x
sosial dan ekonomi
ü
x
ü
budaya dari daerah bersangkutan
ü
ü
ü
Ada informasi berupa numeris / statistik dan harus mencantumkan nama instansi dari sumber datanya.
ü
x
ü
4.       
Peta Wilayah dan Sumberdaya

peta wilayah
ü
ü
ü
bentuk peta
sumberdaya
X
x
x
5.       
Peraturan/Kebijakan Daerah


Peraturan Daerah (Perda) yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah bersangkutan.
ü
ü
ü
6.       
Buku Tamu


Buku Tamu
X
x
x


Forum
ü
ü
x


Narasi:
Setelah dilakukan analisa, dapat disimpulkan bahwa Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Selatan memiliki asset yang sama pada Unit Selayang Pandang, begitu juga pada bagian buku tamu  dan Kebijakan Daerah dari masing-masing kabupaten. Secara keseluruhan, Website Provinsi  NAD sudah memiliki kriteria website yang lengkap dan informatif. Namun, website kabupaten Aceh Barat lebih informatif dan komplit dalam penyampaikan informasi serta dalam memberikan pelayanan terhadap pembaca. Sedangkan website kabupaten Aceh Sealatan masih ada aspek yang kurang, tetapi sudah termasuk dalam kategori website yang informatif. Hanya memerlukan beberapa revisi saja.


Unit Analisis E-Government dan Kategorisasi

Berikut ini adalah tabel unit analisis e-government dan kategorisasi Provinsi Aceh:
No
Unit analisis
Bobot kategori
Kategori
Nilai bobot

% Nilai total
Prov. Aceh
Kab. Aceh Barat
Kab. Aceh Selatan
1
Informasi Menu Utama dalam Website
25%
Potensi Daerah
40%
70
79
40
Komoditas Utama
30%
Kualitas SDM
30%
2
Informasi Tambahan dalam Fasilitas Website
20%
Tahap I
20%
59
91
100
Tahap II
30%
Tahap III
50%
3
Penyediaan Hubungan
15%
G2C
40%
67
67
33
G2B
30%
G2G
30%
4
Aksesbilitas
10%
<10 detik
100%
100
100
100
10-30 detik
70%
> 30 detik
50%
5
Desain
10%
Animasi
30%
69
63
72
Grafis
30%
Teks Lengkap
40%
6
Jumlah Tingkatan Informasi
20%
1 Tingkat
25%
0
0
0
2 Tingkat
25%
3 Tingkat
25%
4 Tingkat
25%
Total
100%
Nilai Total
56,25
64,3
52,3

Narasi:
Telah dilakukan analisa terhadap website Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Selatan berdasarkan kategoris, berikut hasil analisisnya:

Hasil analisa terhadap website Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, adalah interaktif dan inovatif. Memberikan informasi yang cukup lengkap dan dan tertata rapih dari segi tombol dan navigasinya sehingga memberikan kemudahan kepada para pengunjung situs.
Hasil analisa terhadap website provinsi Aceh adalah sebagai berikut, untuk Informasi Menu Utama dalam Web Site mendapat nilai 70, Informasi Tambahan dalam fasilitas Website bernilai 59, Penyediaan Hubungan nilai 67, aksesbilitas 100, desain 69, dan jumlah tingkatan informasi 0. Setelah membuka website provinsi aceh hasilnya cukup mudah dipahami sehingga memberikan kemudahan terhadap user atau pembaca dari segi tampilan website tersebut lebih unggul dari kedua website lainnya, nilai total yang kami berikan yaitu 56,25

Hasil analisa terhadap website Kabupaten Aceh Barat adalah sebagai berikut, untuk Informasi Menu Utama dalam website mendapat nilai 79, Informasi Tambahan dalam fasilitas Web Site bernilai 91, Penyediaan Hubungan nilai 67, aksesbilitas 100, desain 63, dan jumlah tingkatan informasi 0. Setelah membuka website resmi Kabupaten Aceh Barat, dapat dilihat bahwa website tersebut interaktif dan hasilnya cukup mudah dipahami sehingga diberi nilai 64,3.

Hasil analisa terhadap website Kabupaten Aceh Selatan adalah sebagai berikut, untuk Informasi Menu Utama dalam website mendapat nilai 40, Informasi Tambahan dalam fasilitas Web Site bernilai 100, Penyediaan Hubungan nilai 33, aksesbilitas 100, desain 72, dan jumlah tingkatan informasi 0. Setelah membuka website resmi Kabupaten Aceh Selatan, dapat dilihat bahwa website tersebut interaktif dan hasilnya cukup mudah dipahami sehingga diberi nilai 52,3.

Kesimpulan:

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Website yang digunakan oleh Provinsi NAD, Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Selatan sudah cukup memenuhi panduan dari KOMINFO (2003), akan tetapi harus diberikan informasi yang lebih banyak agar pembaca juga dapat mengambil informasi yang akuratdan lengkap.